
Seperti sequel sebelumnya, aksi konyol dan bikin terpingkal-pingkal lewat kolaborasi dua karakter ini. Bagaimana mereka saat menginterograsi Bandit China yang hanya bisa berbahasa Perancis dengan menggunakan penerjemah seorang Suster biarawati, bisa dibayangkan bagaimana saat mereka akan melakukan adegan kekerasan jadi takut-takut soalnya ada agamawan, atau mencoba untuk mengumpat, karena merasa nggak enak di depan biarawati dan terpaksa dengan singkatan-singkatan yang bikin kita terpingkal2. Atau adegan aksi yang dipadu dengan kelucuan-kelucuan seperti saat bersama sopir taxi perancis mereka di kejar-kejar penjahat bermotor. Juga tentunya jangan beranjak dari kursi bioskop kalau film ini selesai, karena masih ada behind the scene khas Jackie Chan, dimana adegan salah nya di putar ulang.
Gaya film dan model cerita nya masih tidak jauh beda dari sequel sebelumnya, cuma untuk yang kali ini saya mendapatkan bedanya kalo yang dulu terasa seperti film Hongkong yang di balut muka Hollywood, tapi kali ini benar-benar terasa full Hollywood. Mungkin karena kita saat ini sudah terbiasa melihat film Hollywood ber "genre" action Hongkong. Film terbaik Oscar tahun ini saja diangkat dari drama kriminal Hongkong.
Dan tentunya saya tidak menyangka sutradara papan atas dan Top di Hollywood, Brett Ratner, masih setia melanjutkan sequel ini. Mungkin karena bayaran atau dampak kemungkinan besar sukses film ini kali. Pastinya yang saya tahu Chris Tucker menuntut tambahan bayaran untuk lanjutan film sukses nya ini. Salut untuk Trio ini yang masih bekerja sama. Betul-betul menghibur Filmnya dan saya juga masih mau kok nonton lanjutannya seandainya dibuat Rush Hour 4.
No comments:
Post a Comment